Monday, May 28, 2012

Bahagia Karena Doa


Cerita ini diawali dari kegundahan saya dalam menemukan pria calon pendamping hidup Saya..
Tahun 2006, kala itu saya didesak untuk segera menikah oleh orangtua saya, sampai-sampai saya mau dijodohkan dengan orang satu kampung (wuih... banyak banget!) tapi saya kekeuh ga mau. Saya tetap pada pendirian saya. Saya hanya akan menikah dengan pria pilihan saya tanpa ada campur tangan dari siapapun.
Saya orangnya ga lebay. Kriteria pria idaman saya cuma satu, yaitu seorang pria dengan akhlak yang baik yang bisa menjadi imam dan teladan bagi saya.
Tapi namanya juga orangtua pasti khawatir saat anak gadisnya sudah cukup umur tapi belum juga punya gandengan. Saya sih santai aja, toh waktu itu saya belum tua-tua amat masih kepala 2. Saya juga masih ingin meniti karir disamping ingin melanjutkan kuliah. Tapi demi menyenangkan hati ibu saya, saya pun berusaha lebih membuka diri terhadap laki-laki. Tahun berganti saya belum juga menemukan pria idaman saya.Saya "galau" Ibu saya pun mulai gundah gulana. Tiap kali saya telp pasti yang ditanyakan "kapan kamu nikah nduk?"
Meski terpaut ribuan kilometer, saya di Kepulauan Riau dan ibu di Jawa, toh beliau masih saja getol mencarikan pasangan untuk saya. Bahkan ngotot ingin menjodohkan saya dengan seorang pria, sebut saja si H. Tentu saja saya menolak mentah-mentah. Saya tahu betul laki-laki itu seperti apa. Meski notabenenya dia adalah seorang jebolan universitas tapi tidak menjamin kadar iman dan akhlaknya baik. Ketika saya utarakan hal itu kepada ibu saya, ibu saya malah bilang itu ga penting yang penting kan sama-sama muslim. Gludak..! god.. sampai segitunyakah ibuku..? saya tahu ibuku cuma berseloroh. Tapi haruskah saya menikah dengan sembarang lelaki tanpa mempertimbangkan bibit, bebet dan bobotnya?.

Sejak saat itu saya memutuskan untuk segera mengakhiri masa kesendirian saya. Saya ga tahan ditanya ibu terus-menerus tentang pendapat saya mengenai pria pilihannya itu. Selain itu saya juga sudah ingin membina hubungan yang lebih serius. Seperti dikejar deadline sayapun gencar berusaha mencari pria yang cocok dengan kriteria saya. Caranya? ke dukun atau biro jodoh ? NO WAY!
Sekedar informasi, saya ini termasuk orang yang paling kebal dengan dunia perdukunan ataupun segala macam yang behubungan dengan mitos. Yang saya percaya cuma satu, Gusti Allah. Saya yakin Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk saya. Maka dari itu saya pun berusaha lebih mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa, dengan cara meningkatkan kualitas amal ibadah saya, baik amalan wajib maupun sunah. Yang tadinya saya cuma ngerjain sholat lima waktu, saya tambah dengan rajin bangun disepertiga malam untuk menjalankan sholat tahajud. Senantiasa saya panjatkan doa kepada Allah. Saya tidak minta yang muluk-muluk, saya ikhlas dan pasrah. Saya cuma meminta diberi yang terbaik untuk hidup saya.
Dalam keseharian saya juga berusaha menjadi orang lurus-lurus saja agar saya juga mendapat suami yang baik pula. Karena Allah S.W.T berfirman, "perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik." (An-Nur':26)

Alhamdulillah selang beberapa bulan muncul juga pangeranku. Melalui pertemuan singkat disebuah lorong koridor menuju mushola, saya mengenalnya (kebetulan kami satu tempat kerja, hanya berbeda section saja). Seorang pria berdarah jawa namun lahir di Palembang. Sosoknya yang arif dan berkharisma benar-benar telah memikat hati saya. Walaupun saat itu ada beberapa pria yang mendekati saya, tapi dengan yang satu ini saya merasa mantap bahwa dialah jawaban dari doa saya. Singkat cerita akhirnya kami mulai dekat dan memutuskan untuk merenda hari-hari indah bersama.
Meski menjalani proses "penjajakan" yang cukup lama, sekitar 4tahun (dan saya cukup berhasil membujuk ibu untuk bersabar menanti hari dimana anak gadisnya akan dilamar). Akhirnya awal 2011 kami resmi menikah. Dan sekarang sudah dikaruniai seorang bayi laki-laki yang lucu.

Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT. Kehidupan rumah tangga kami berjalan mulus-mulus saja. Bisa dibilang apa yang saya capai sekarang ini sudah jauh melebihi ekspektasi saya. Memiliki seorang suami yang bijak dan sholeh, santun bahasanya dan selalu berusaha menyempurnakan akhlaknya menjadi teladan bagi saya, serta seorang bayi sehat nan lucu. Keluarga yang harmonis, orangtua serta saudara yang selalu mendukung saya, ditambah lagi keluarga dari pihak suami yang juga selalu bersikap hangat dan bersahabat. Meskipun notabenenya mereka semua punya pendidikan tinggi serta masing-masing punya jabatan penting di  kantor instansi pemerintah tapi mereka selalu bersikap low profile. Saya benar-benar merasa bersyukur diberi kemudahan atas segalanya. Berawal dari memilih pasangan hidup, walimatul ursy, hamil, melahirkan, hingga sekarang putra kami berusia 7 bulan. Bahkan karir suami juga semakin beranjak naik. Dan kini Alhamdulillah suami telah menduduki posisi Departement Head dikantornya.
Kini saya semakin menyadari..pilihan Allah memang yang terbaik yang pada akhirnya terasa begitu indah.

Lilypie - Personal pictureLilypie Breastfeeding tickers
Daisypath Anniversary tickers
Lilypie - Personal pictureLilypie First Birthday tickers