Sunday, September 25, 2011

Suami Tercinta



me and my beloved husband

27 juli 2011
Jam stengah 6 sore Suamiku baru  pulang kantor. Aku amati dia..tampak gurat kelelahan di wajahnya..ku cium tangannya dan dia balas mencium keningku dengan sayang. Segera kusiapkan makanan dan minuman di meja makan. Sambil bercengkrama kami menikmati makan malam sebelum sholat magrib. Hanya kami berdua sebelum beberapa bulan lagi Insya Allah bayi kami lahir ke dunia.

Sejak aku hamil aku terpaksa berhenti dari segala aktivitas termasuk dari pekerjaanku. Kondisiku yang drop tidak memungkinkan untuk aku melakukan bnyk aktivitas. Selama hampir kurang lebih tiga bulan aku hanya terbaring di tempat tidur hanya sesekali beranjak untuk mengambil sesuatu atau ke kamar mandi. Praktis segala pekerjaan rumah ayah yang melakukan di samping harus merawatku. Meskipun begitu dia tak pernah mengeluh. Untunglah keadaan itu tak berlangsung lama, menginjak usia kehamilan 4 bulan kondisiku berangsur-angsur membaik. Aku tak lagi mual dan muntah-muntah , sudah mulai berselera makan malah sudah kuat jalan-jalan di sekitar rumah & memasak untuk ayah. Sebelumnya mencium aroma masakan pun sudah tak tahan ingin muntah.

Kupandangi suamiku itu seusai mandi. Baju koko & kain sarung dipakainya. Dia telah siap untuk berangkat sohlat maghrib di masjid. Wajahnya tak berubah, masih seperti 4 tahun lalu pertama kali aku mengenalnya... kalem, jelas sekali kelembutan terpancar dari wajahnya.
Pulang dari masjid, ayah biasa mengaji dan aku berbaring dengan kepala di pangkuannya supaya bayi kami juga bisa ikut mendengar lantunan ayat suci yang di bacakan ayahnya. Kini usia kehamilanku menginjak 7 bulan. Dari beberapa kali USG dokter menyatakan bahwa bayi kami laki-laki. Ayah gembira sekali. Dia sibuk mencari nama yang cocok. Meski masih di dalam perut, ayah kerap kali mengajak si kecil berbicara & bercanda sembari mengusap-usap perutku..Ia terlihat tak sabar menanti bayinya lahir ke dunia.

” Nah, mendingan pijetin ayah dek, ayah capek banget hari ini.”katanya seraya meletakan al qu'ran di rak dekat televisi.
Hmmm... emang manja benerlah bapak yang satu ini. Maklum dia anak bungsu dalam keluarganya. Tak jarang dia juga bersikap manja kepadaku. Tapi meski begitu aku selalu berusaha menuruti apapun keinginannya. Aku ingin jadi istri yang terbaik untuknya. Aku ingin mendapat imbalan syurga dengan mengabdi padanya. Aamin

Terkadang ada saja ulahnya yang membuatku jengkel. Tapi bagiku tidak menjadi isteri seorang yang shalih  & penyayang seperti dia adalah suatu kerugian. Makanya apapun ulahnya yang menjengkelkan aku selalu berusaha tetap tersenyum.
Sebenarnya suamiku berasal dari keluarga yang cukup berada. Tapi semenjak lulus kuliah, dia memutuskan untuk hidup mandiri & jauh dari orang tua. Berbekal ijazah sarjana tekhnik ia merantau sampai akhirnya kami bertemu 4 tahun lalu dan mulai merenda kasih. Perjalanan kami yang cukup panjang membuat aku sangat mengenal karakternya, membuat aku sangat yakin untuk menikah dengannya. Dia lelaki yang hebat..sabar & penyayang. Di samping itu dia juga punya otak yang cemerlang. Aku bisa bertanya tentang apa saja kepadanya. Tak jarang dia juga yang menyelesaikan tugas-tugas kuliahku..
Walaupun tak semulus jalan tol, akhirnya kami berhasil mengukuhkan hubungan kami dalam suatu ikatan perkawinan awal tahun ini.

Sejak awal dia telah mengatakan segala kemungkinan hidup kami nanti. Dan aku telah menyatakan kesiapanku... insya Allah, aku sanggup menghadapi apapun... bersamanya...
Dulu yang kupinta pada Allah adalah hanya seorang suami seperti ayah, yang sholih, yang mau usaha, yang optimis, dan tawakal. Jadi di manapun kami tinggal, seperti apapun keadaanya, sekurang apapun fasilitasnya, asalkan ada ayah... hidupku sudah lengkap. Kebahagiaanku adalah bisa melihat ayah dalam keadaan sehat..itulah yang tak ternilai harganya

Bottom of Form

No comments:

Post a Comment

Lilypie - Personal pictureLilypie Breastfeeding tickers
Daisypath Anniversary tickers
Lilypie - Personal pictureLilypie First Birthday tickers